03 Jan 2016 Hits : 85,507
Kedatangan bebek menjadi pilihan menu dalam bisnis kuliner memang sangat fenomenal. Lantaran dagingnya yang gurih, banyak orang menggemari sajian unggas berbulu cokelat ini. Kedai yang khusus menawarkan bebek pun terus bermunculan.
Tak heran, banyak pula pelaku usaha kuliner yang meraih sukses dengan sajian bebek ini. Meski hanya mengandalkan menu daging bebek, mereka berhasil mengembangkan satu cabang ke cabang lainnya. Sebut saja, beberapa restoran yang namanya tak asing lagi di telinga, seperti Bebek H. Slamet, Bebek Kaleyo, Bebek Yogi, Bebek Ginyo, dan lainnya.
Keriuhan bisnis kuliner bebek akhirnya membuka peluang yang lebih besar bagi para pemasok bebek. Dalam pandangan Feri Hasan, pemasok bebek yang juga pemilik Halto Farm, peningkatan pesat permintaan bebek terjadi dalam tiga tahun belakangan ini.
Bahkan, kini, dia harus mencari pasokan ke peternak bebek yang lain mengingat pasokan dari peternakannya, yang memiliki kapasitas 2.000 ekor per minggu–3.000 ekor per minggu, tidak bisa memenuhi permintaan. “Kini, permintaannya sudah lebih dari 3.000 bebek per minggu,” seru Feri yang mulai memasok bebek sejak 2009.
Hadi Wijayaningrat, pemilik Bebek Gombong, punya pandangan yang tidak berbeda tentang prospek usaha memasok bebek. “Permintaan dari rumah makan terus naik,” ujar Hadi yang awalnya justru membuka restoran dulu, sebelum terjun menjadi pemasok bebek.
Seperti ayam, pasokan bebek ini terdiri dari beberapa jenis. Mulai dari pasok bebek hidup, bebek sudah dipotong (karkas), dan pasok beku atau frozen. Namun, biasanya, yang banyak diminta oleh rumah makan atau restoran adalah pasokan bebek siap potong (bebek karkas atau bebek yang sudah bersih, tanpa kepala dan jeroan).
Tak hanya bentuk pasokan, jenis bebek pun beragam. Hadi menjelaskan, bebek yang populer bagi pengusaha kuliner terbagi menjadi dua, yakni bebek lokal dan bebek impor. Bebek lokal ada yang berjenis hibrida, yang merupakan persilangan antara bebek kalimantan dan jawa. Biasanya, bebek hibrida ini ususnya lebih panjang.
Kalau dikelompokkan berdasar umurnya, bebek terbagi menjadi bebek muda, bebek dewasa, dan bebek tua atau afkir. Harga bebek muda Rp 35.000 per kilogram (kg), dewasa Rp 45.000 per kg, dan bebek tua Rp 55.000 per kg.
Di luar itu, Hadi juga menjual bebek peking, entok, serta bebek impor. Bebek impor ini berasal dari Thailand dan Malaysia, dijual seharga Rp 40.000 per kg. “Perbedaannya dengan bebek lokal, bagian dada bebek impor lebih tebal, rasa dagingnya gurih, ususnya lebih pendek,” terang dia seperti dilansir Kontan.
Di antara berbagai jenis bebek itu, permintaan banyak datang untuk bebek muda dan bebek afkir. Feri bilang, sebenarnya yang paling banyak dicari adalah bebek apkir karena dagingnya lebih banyak dan tulang lebih keras, tidak bengkok saat dimasak. Hanya, pasokan bebek apkir sedikit hingga harganya melambung tinggi.
Situasi itu menggeser permintaan dari bebek apkir ke bebek muda. Selain harganya jauh lebih murah, pasokannya juga lebih banyak karena proses pemeliharaannya yang lebih singkat. Maklum, bebek apkir butuh waktu sekitar 1 tahun–1,5 tahun untuk siap potong. Sedangkan, bebek muda siap potong ketika sudah berumur 4 bulan–6 bulan atau 6 bulan–11 bulan dengan berat kotor 1,3 kg hingga 1,5 kg.
Hadi pun banyak melayani pesanan bebek muda dengan bobot 8 ons hingga 1 kg per ekor. Dia menyediakan pasokan bebek yang dipotong pada hari yang sama dengan pengiriman. Minimum order satu blok yang terdiri dari 60 ekor bebek.
Pelanggan Halto Farm pun banyak memesan bebek-bebek muda. “Karena permintaan bebek yang booming, jadi, ya, banyak yang memilih ambil bebek muda saja,” kata Feri. Dia menerima pesanan, mulai dari bebek hidup hingga bebek karkas. Selain itu, Halto Farm juga memasok bebek karkas beku dengan kemasan rapi.
Dalam sebulan, Feri bisa mengirim 8.000 hingga 10.000 bebek. Dalam usaha ini, dia bilang, bisa mengecap untung lumayan, yakni berkisar 20% hingga 25%.
Tentu saja, jika ingin merintis usaha sebagai pemasok bebek, Anda harus mengetahui daerah-daerah mana saja yang menjadi kantong pasokan bebek. Merintis usahanya sejak 2009, Hadi memburu pasokan bebeknya dari Tasikmalaya dan Kudus.
Tiap bulan, dia bisa mendatangkan hingga 2.000 ekor bebek dalam bentuk karkas. Setelah pesanan datang, dia langsung memesan pada peternak atau pengumpul bebek di dua kota tersebut.
Biasanya, peternak atau pengumpul bebek yang menjadi rekanan akan langsung memotong bebek seperti pesanan. “Mereka sudah memiliki rumah potong sendiri,” ujar Hadi. Lalu, mereka mengirimkannya dalam wadah khusus. Bebek-bebek tersebut sudah dikemas rapi tiap ekor, dan kemasan juga diisi es batu, supaya bebek tetap segar saat pengiriman.
Setiap pemesanan harus diikuti dengan pembayaran uang muka sebesar 50%. “Jadi, setelah transfer uang muka, kami langsung potong bebek itu, dan dikirim pada hari itu juga,” kata Hadi, yang fokus menggarap pasar Jakarta.
Biasanya, pemesanan dilakukan tiga hari sebelum konsumen memasak bebek tersebut. Nah, saat bebek siap diantar atau dalam perjalanannya, pemesan harus segera melunasi pembayarannya.
Sama halnya Hadi, Feri pun berpesan, sebelum terjun ke bisnis ini, Anda harus paham soal bebek dan mengetahui soal kualitas bebek. Pastikan, bebek dalam kondisi sehat dengan berat antara 1,2 kg–1,3 kg per ekor. Asal tahu saja, bebek dengan bobot itu akan mempunyai berat berkisar 8 ons setelah dikarkas. Tapi jika pasokan sulit, bebek yang umurnya baru lima bulan juga bisa dipilih.
Selain itu, pemasok harus memperhatikan kebersihan kandang peternak yang menjadi sumber bebeknya. “Kandang harus bersih dan perhatikan pakan bebeknya,” ujar Feri.
Pakan bebek yang bagus itu adalah pakan ikan atau bekicot. Itulah sebabnya, jika ingin berkiprah sebagai peternak bebek, ada baiknya Anda mencari di daerah dekat pesisir yang banyak tersedia ikan. Selama ini, selain dari peternakannya di Cimalaya, Karawang, Feri juga memburu kandang-kandang bebek di Cirebon, Indramayu, dan Pekalongan.
Harga bebek dari petani ini beragam. Banderol bergantung pada berat dan lokasi kandangnya, harga bebek dari peternak berkisar antara Rp 18.000 hingga Rp 37.000 per ekor
Kualitas juga ditentukan oleh cara memotong bebek. Cara memotong harus benar sehingga potongan rapi. “Kualitas bebek juga tampak dari bekas-bekas bulu yang dicabut. Selain itu, yang pasti, anggota tubuh bebek tidak catat, patah, dan sobek,” jelas Hadi.
Oleh karena itu, Feri juga menyarankan, pemasok harus memiliki tukang potong khusus bebek. Maklum, daging bebek lebih liat daripada daging ayam. “Walau mirip dengan potongan ayam, jika saya perhatikan, sejago-jagonya tukang potong ayam, saat harus potong bebek, kapasitasnya hanya setengah dari kapasitas potong ayam,” papar Feri.
Jangan lupa, bebek yang siap dikirimkan itu harus dikemas dengan rapi. Biasanya, Feri bilang, restoran lebih senang menerima bebek yang benar-baner bersih dan rapi. Dia menggunakan plastik transparan untuk mengemas. Bebek-bebek yang dibekukan dalam chiller room juga tetap harus dikemas terlebih dahulu dalam plastik. Tujuannya? Memastikan higienis.
Kualitas bebek ini sangat penting diperhatikan. Sebab, persaingan makin ketat. “Usaha ini rentan ditinggalkan konsumen. Sekali mereka tahu produk kita kurang bagus atau tidak sesuai dengan pesanan, mereka akan dengan mudahnya beralih kepada pemasok lain,” jelas Hadi.
Dengan alasan itulah, Bebek Gombong memberi fasilitas garansi untuk pemesanan bebek. Hadi akan mengembalikan uang konsumen, jika bebek yang dipesan, baik jumlah, berat, maupun kriterianya tak sesuai dengan permintaan.
Namun, dia juga mengingatkan, pemasok juga harus hati-hati terhadap pesanan. Khususnya jika ada konsumen memesan dalam partai besar, tapi tak mau membayar uang muka atau deposit. Pesanan seperti itu rentan penipuan. “Bahkan, saya sering melihat kejadian, saat pesan sudah bayar uang muka, namun ketika diantar, pembayarannya dipersulit. Padahal, kelemahan pemasok, biasanya barangnya langsung dibawa ke restoran atau tempat yang dijanjikan,” terangnya.
Oleh karena itulah, Hadi mensyaratkan pembayaran uang muka 50% di awal, dan pelunasan saat bebek dikirim. “Maka dari itu, saya akan ajak ketemuan dulu dengan konsumen,” ujarnya.
Peralatan yang dibutuhkan oleh pemasok bergantung pada kapasitas yang akan disediakan. Kalau ingin memasok saja, sebaiknya memiliki rumah potong sendiri. Karena, boleh jadi, Anda juga akan mendapatkan bebek hidup dan harus memotong langsung jika datang permintaan.
Selain itu, pemasok sebaiknya juga menyediakan lokasi untuk kandang bebek hidup. “Stok bebek hidup harus ada untuk antisipasi jika ada perminataan dadakan dari pelanggan,” kata Feri.
Untuk penyimpanan, pemasok juga sebaiknya membangun gudang penyimpanan atau chiller room. Feri sendiri membangun chiller room di Cimalaya sebesar 200 m2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar